Sunday, January 13, 2008

Break Dance

"Show of force" : Di awal tahun 80-an Breakdance mulai menggejala di kota-kota besar.Ada keleluasaan tersendiri dalam menciptakan ruang, yang terasa sangat spontan, kapan saja, dan dimana saja.Suasana tertekan akibat kesumpekan politik kala itu memang kemudian menjadikan orang-orang muda tibatiba terbius akan kerinduan pada sebuah suasana bebas. Ini muncul dalam sebuah ungkapan tari di luar “kekangan” budaya masyarakat yang membentuk berbagai rambu-rambu etika dalam bawah sadarnya. Fenomena ini sempat membuat gerah berbagai pihak, terutama kaum moralis dan tokoh agama kecenderungan akan adanya fenomena ketidaktertiban di berbagai kawasan kota, akibat ulah kalangan muda yang tiba-tiba bisa saja menjadikan kerumunan itu bergolak dalam kekuatan massa yang tertekan, dan meledak menjadi pemicu dari protes akan kemapanan. @Photo by Fachry Latief

Pidato Kebudayaan Abdul Hadi WM

Abdul Hadi WM: "Jika berkomitmen untuk mengembangkan dan melindungi kebudayaan nasional atau masyarakat madani yang kuat secara kultural, negara atau pemerintah. Maka Indonesia harus menyusun strategi dan politik kebudayaan yang bebas dari kepentingan politik praktis dan sesaat. Karena hal ini juga didorong era neoliberalisme yang menghantui negara Indonesia, karena kekuatan pasar yang sangat mempengaruhi kehidupan dan struktur kebudayaan di Indonesia" ujar budayawan Abdul Hadi WM, dalam pidato kebudayaannya berjudul Kebudayaan, Kekuasaan, dan Krisis pada peringatan 10 tahun Universitas Paramadina, di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (9/1). @Photo by Fachry Latief